1.
Perbedaan HIV dan AIDS
Banyak orang yang menyangka HIV dan AIDS adalah
dua hal yang sama. Tapi, ternyata HIV dan AIDS itu dua hal yang berbeda. HIV
(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi manusia dan akan
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit (syndrome) yang muncul akibat menurunnya kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, yang disebabkan karena infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit (syndrome) yang muncul akibat menurunnya kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, yang disebabkan karena infeksi HIV.
Jadi HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda.
HIV merujuk kepada virusnya (penyebab) sedangkan AIDS adalah penyakit (akibat)
yang dapat muncul akibat infeksi HIV. Masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh
seseorang (infeksi) dengan munculnya AIDS bisa berlangsung sekitar 2 sampai 15
tahun (virus membutuhkan waktu berbeda-beda untuk mencapai fase AIDS pada tubuh
manusia sesuai kekebalan tubuh yang dimiliki perindividu). Selama kurun waktu
tersebut tubuh orang yang terinfeksi HIV (HIV positif) bisa tampak sehat, sama
seperti orang dengan status HIV negatif.
2.
Gejala HIV
Tidak ada gejala, tetapi hasil labtest anti HIV
menunjukan hiv positif, keadaan fisik tidak ada perubahan dari biasanya dan
juga tidak ada kelainan khas, bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Fase
dimana dalam darah terdapat virus HIV disebut sebagai fase HIV + , yaitu fase
sebelum memasuki fase AIDS. Virus HIV hanya bisa terdeksi saat kita melakukan
pemeriksaan di dokter atau test darah dengan alat.
Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, selama
2-4 bulan ke-beradaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan
darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Pada 2-4 bulan
ini virus sedang dalam tahap perkembangbiakan meregenerasi dirinya dengan
sangat cepat. Tahap ini disebut juga sebagai sebagai periode jendela. Karena
jumlahnya masih sangat sedikit sehingga tidak terdeteksi oleh test darah.
Setidaknya
ada 3 metode untuk mengetahui seseorang terinfeksi HIV atau tidak
A. reaksi
berantai polimerase (PCR)
merupakan teknik deteksi berbasis asam nukleat
(DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik HIV di dalam
tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus atau tes
amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR
DNA biasa merupakan metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau
tidaknya DNA virus. Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan
metode real-time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat mendeteksi keberadaan
HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini biasanya digunakan
untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun jarang digunakan pada
individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan tingkat kesulitan mengelola
dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila dibandingkan tes lainnya.
B. Tes
antibodi
Untuk
mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan tes Antibodi HIV yang
murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV akan
menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes
antibodi HIV akan mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur),
dan urin. Sejak tahun 2002, telah dikembangkan suatu
penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi antibodi HIV dari tetesan
darah ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari tubuh pasien tersebut akan
dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan alat uji (test strip)
dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan muncul dua pita
berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini mencapai 99.6%,
namun semua hasil positif harus dikonfirmasi kembali dengan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay).
Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
lanjut adalah Western blot.
C. Tes
antigen
Tes antigen dapat mendeteksi
antigen (protein P24) pada HIV yang memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi
dalam jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes
antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi yang
lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena
sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap
HIV terbentuk.
3.
Gejala AIDS
Gejala-gejala AIDS Gejala-gejala seseorang
tertular AIDS terbagi dalam dua jenis.
Gejala umum ditandai dengan
penurunan berat badan mencapai 10% dalam waktu singkat, demam yang
berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, dan diare yang terus-menerusselama
selama lebih dari satu bulan.
Gejala ke dua adalah, merekapun akan mengalami gejala tambahan, seperti batuk yang tidak sembuh-sembuh selama satu bulan lebih, perubahan kulit dan iritasi atau gatal, infeksi jamur pada rongga mulut atau kerongkongan, dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekujur tubuh, biasanya dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Dan, sebagian besar dari infeksi opportunistic yang terjadi pada kasus AIDS adalah karena infeksi kuman, jamur atau bakteri, selain alergi berat dan TBC serta Hepatitis C (kasus hepatitis C biasanya hanya terjadi pada injection drug user).
Gejala ke dua adalah, merekapun akan mengalami gejala tambahan, seperti batuk yang tidak sembuh-sembuh selama satu bulan lebih, perubahan kulit dan iritasi atau gatal, infeksi jamur pada rongga mulut atau kerongkongan, dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekujur tubuh, biasanya dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Dan, sebagian besar dari infeksi opportunistic yang terjadi pada kasus AIDS adalah karena infeksi kuman, jamur atau bakteri, selain alergi berat dan TBC serta Hepatitis C (kasus hepatitis C biasanya hanya terjadi pada injection drug user).
4.
Penularan HIV
HIV tidak
mudah menular. Ada 3 hal yang perlu dipenuhi untuk HIV bisa menginfeksi
seseorang, yaitu:1. Media yang cocok. Ada empat cairan tubuh yang terbukti berpotensi sebagai sumber penularan karena mengandung HIV dalam konsentrasi tinggi, yaitu: darah, air mani, cairan vagina dan ASI. Cairan tubuh lain, seperti: ludah, air mata, air seni dan keringat bisa mengandung HV juga, namun dalam konsentrasi rendah dan tidak terbukti berpotensi sebagai media penularan .
2. Jalur masuk yang tepat. HIV masuk ke dalam tubuh melalui tiga jalur, yaitu: hubungan seksual yang berisiko; pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi; dan dari ibu ke anak saat hamil, melahirkan dan menyusui,
3. Kondisi yang sesuai. HIV
adalah jenis virus yang sangat rapuh. Untuk dapat bertahan hidup HIV memerlukan
empat kondisi lingkungan yang sesuai, yaitu: bersuhu tubuh manusia; lembab;
tidak ada kontak dengan udara terbuka; dan suasana asam-basa yang seimbang
(netral). Beberapa kondisi lain yang meningkatkan resiko penularan adalah:
adanya luka terbuka dan masih baru; adanya infeksi menular seksual; dan
tingginya konsentrasi HIV dalam media penularan, terutama pada periode jendela
(HIV sudah masuk dalam tubuh namun hasil tes HIV negatif karena antibodi belum
terbentuk) dan periode AIDS.
5. Mitos VS Fakta HIV
1. Mengidap
HIV berarti menderita AIDS.
Faktanya, HIV dan AIDS Berbeda
2. HIV
dapat menular melalui kontak biasa.
Faktanya, seseorang tidak akan tertular atau
menyebarkan HIV hanya dengan memeluk orang lain
3. Pengidap
HIV berumur pendek
Faktanya, Setiap
pengidap HIV akan mengalami hal yang berbeda-beda, ada pasien yang bisa
bertahan selama bertahun-tahun walau tubuhnya mengidap HIV
4. Anda
tahu positif HIV karena merasakan gejalanya
Faktanya, Beberapa
pasien tidak menunjukkan gejala apa pun setelah selama bertahun-tahun
terinfeksi HIV.
5. HIV
dapat disembuhkan
Faktanya, Hingga saat ini belum ada obat yang mampu
menyembuhkan HIV. Pengobatan hanya sebatas untuk menjaga agar kadar virus tetap
rendah dan membantu mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
6. HIV
hanya menginfeksi kelompok berisiko
Faktanya, HIV dapat menginfeksi siapa saja.
Pria, wanita, anak-anak, baik yang gay maupun straight.
7. Seks
menjadi aman untuk sesama pengidap HIV
Faktanya. Ketika
Anda dan pasangan sama-sama terinfeksi HIV, bukan berarti Anda tidak perlu lagi
memerhatikan faktor keamanan saat berhubungan intim. Menggunakan kondom atau
karet pengaman lain dapat membantu melindungi Anda dari penyakit menular
seksual lainnya.
8. Bayi
dari ibu yang terinfeksi sudah pasti positif HIV
Faktanya, risiko ini dapat ditekan dengan cara bimbingan
dokter dan mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat dari dokter
6.
Tidak
mengucilkan yang terinfeksi HIV dan AIDS
Banyak orang yang berpandapat orang yang terkena HIV dan AIDS hanya
orang-orang yang menggunakan narkoba, pelaku seks bebas, atau orang yang suka
melakukan sex dengan berganti-ganti
pasangan. Tapi kenyataannya ada seorang istri yang yang sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga yang setia dan baik
bisa terinfeksi HIV dan AIDS dari suaminya
yang di luar sepengatahuannya sering melakukan sex dengan banyak lawan
jenis. Bisa juga seorang bayi yang tidak
berdosa tertular virus HIV dan AIDS dari ibunya saat sedang menyusui. Atau bisa
juga seorang dokter atau perawat terinfeksi HIV dan AIDS saat tidak sengaja
tertusuk jarum suntik bekas pasien yang ternyata pengidap HIV dan AIDS.
Tidak penting kenapa seorang itu bisa terinfeksi HIV dan AIDS, dan siapapun dia, kita
harus memperlakukannya dengan biasa dan kita tidak mengucilkannya karena mereka
punya hak yang sama.